[REVIEW BUKU] Saman oleh Ayu Utami



Judul: Saman
Penulis: Ayu Utami
Design Sampul : Ayu Utami - Lukisan Kaca
Penerbit: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)
Tebal: 206 hlm
Cetakan: Ke-32 September 2014
ISBN: 9799105706

Sinopsis:
Empat perempuan bersahabat sejak kecil. Shakuntala si pemberontak. Cok si binal. Yasmin si “jaim”. Dan Laila, si lugu yang sedang bimbang untuk menyerahkan keperawanannya pada lelaki beristri.

Tapi diam-diam dua di antara sahabat itu menyimpan rasa kagum pada seorang pemuda dari masa silam: Saman, seorang aktivis yang menjadi buron dalam masa rezim militer Orde Baru. Kepada Yasmin, atau Lailakah, Saman akhirnya jatuh cinta?

•••

Sejak terbit bersamaan dengan Reformasi, Saman tetap diminati dan telah diterjemahkan ke delapan bahasa asing. Novel ini mendapat penghargaan dari dalam dan luar negeri karena mendobrak tabu dan memperluas cakrawala sastra. Karya klasik yang wajib dibaca.
Rating Saya:
 
Tidak ada kata terlambat untuk membaca buku ini walaupun di tahun 2016!
Tentang tampilannya;
Saya perhatikan di halaman editorial Ayu Utami selalu melukis sendiri sampul bukunya. Patutlah kita memuja lukisan kaca di sampul buku ini yang seolah bertema Adam and Eve ini :3 Baguuuus sudah pintar nulis, pintar menggambar. Lulusan FS UI memang top huanjay.
AU melukis sendiri untuk sampul Lalita (via Google)

Tentang penulisnya;
Woooow, ini buku-buku genre sastra wangi Ayu Utami yang membuat saya tidak kapok untuk beli nantinya(kebetulan ini saya pinjam).

Saya kagum dengan penulisnya yang riset mati-matian(sepertinya) untuk mendapat info mengenai lifting crude oil-offshore. Yang bahkan beliau tahu nama-nama alat yang digunakan untuk pengeboran minyak laut lepas seperti crane, rig atau lempeng bumi yang cocok untuk digali, karst dst *applause. Saya suka orang yang totalitas buat karya-karyanya. Profesional banget. Selain alat-alat perminyakan, beliau juga mengumpulkan banyak sekali bahan untuk mengerjakan bagian kehidupan pastoran dan seluk-beluknya. Juga mungkin sedikit untuk suasana NYC, terutama di central park. Bahkan dia tahu ada kedai kopi Rusia yang enak di persimpangan jalan atau bagian Central Park yang berlokasi di dekat patung Colombus.

Bahkan, saya membaca di beberapa review Goodreads, banyak yg membuat buku Saman sebagai bahan utama pembuatan skripsi, tugas akhir dan berbagai macam karya ilmiah lain. Buka ->Saman di Goodreads
 untuk melihat review para pembaca. Dan di bawah ini, saya hadirkan berbagai versi sampul Saman, baik edisi dalam negeri, yang sudah diterjemahkan ke berbagai bahasa dan edisi e-booknya.

e-book Saman (via Goodreads)

Saman yang diterjemahkan ke berbagai bahasa (via Goodreads)

Evolusi sampul Saman di Indonesi.. Kamu suka yang mana? (via Goodreads)



Saman versi saya, Iko
Tentang bukunya;
Buku ini punya banyak tokoh, satu tokoh utama, sisanya pembantu utama. Saman/Wisanggeni adalah tokoh utama, sama seperti judul buku ini sendiri punya sifat yang sulit sekali ditebak. Sepertinya golongan darah Saman AB. Sedangkan, Laila, Sihar, Shakuntala, Yasmin merupakan tokoh pembantu utama. Mereka tidak bisa dianggap remeh, karena masing-masing punya sudut pandang dan berperan penting sekali dalam ceritanya. Ada juga tokoh selingan yang hanya disebut, yakni Cok.
Segaris dengan apa yang saya senggol di atas, semua tokoh baik utama maupun pembantu utama memiliki waktu untuk bercerita lewat sudut pandangnya sendiri. Yang membuat saya muntah pelangi adalah kemampuan AU untuk membuat gaya bahasa yang berbeda dari masing-masing karakter. Wuedyan. Kerasa banget, aura orang yang berbeda.

Shakun yg nyeleneh :3 Titi Rajo
Yang paling saya sukai adalah Shakuntala yang menyampaikan segalanya lewat perumpamaan, Shakun sifatnya pemberontak dan sangat unik, merenggut keperawanannya sendiri dengan sendok teh -_-" Sementara Laila orangnya suka bermonolog dalam hati, Yasmin ngomongnya dicampur-campur bahasa Inggris tipikal wanita yg jarang cerita-cerita kehidupan pribadinya, kalau Saman gaya bahasanya muter-muter ala filsuf. Asik! Bukan cuma ganti sudut pandang biasa. Istilahnya pun ganti, gaya bahasa ganti. Gilaaaaak, ini baru masterpiece--mahakarya. Fyi, novel  Saman memenangi sayembara penulisan roman Dewan Kesenian Jakarta 1998. Dalam waktu tiga tahun Saman terjual 55 ribu eksemplar(mungkin 3 tahun di zaman dahulu ya).

 
Cok, si binal versi saya
Laila, Ayu Shita yg polos dg rambut sebahu

Yang membuat saya ngasih 4 instead of 5 stars adalah saya tidak bisa menemukan sumber permasalahan di buku ini. Tampaknya, semuanya berjalan seperti arus tapi pointless, saya gak nemu inti problem, klimaks apalagi antiklimaks. Endingnya sangat menggantung seperti tetek nenek lampir. Mungkin karena buku ini dwilogi.

Saya kira topik  awal adalah kemanusiaan ala-ala birokrat orde baru karena buku ini ditulis di zaman itu, antara Sihar dan atasannya Rossano, lalu Sihar dan Laila mencari Saman yg notabene aktivis untuk membantu menggugat Rossano ke pengadilan dan menjebloskannya ke penjara.
Sihar, seksi
+ kacamata
+ kulit terbakar


Tapi ternyata kasus itu langsung selesai begitu saja dengan rangkaian kalimat. Sisa buku ini hanya membahas roman. Antara Laila yang suka Sihar-pria beristri, memiliki cinta lama yakni Saman yg dulunya selibat karena masuk pastoran. Tapi sekarang Yasmin yang menggoda Saman(mereka kerap sexting), tapi sejatinya dia wanita bersuami(yang tampaknya suaminya mandul). Tapi kuartet sahabat sejak kecil itu, Shakun, Laila, Cok tidak mengatahui kisah cinta terpendam Yasmin. Yah, cecintaan.
Yasmin, wanita karir cerdas yg menggoda

Oh, iya ada satu hal yang menjijikkan tapi akhirnya gak menjijikkan juga. Saman pernah sayang dengan Upi. Gadis cacat mental umur 21 tahun yang fetisis. Suka bersenggama dengan pagar, bambu, pohon, memperkosa kambing, bebek, pokoknya semua hal dimasukkan ke selangkangan. Tidak jarang juga orang yang memperkosanya, tapi sepertinya dia menikmati -_- Terpaksa gadis ini harus dipasung tapi Saman amat menyayanginya dan kerap memikirkan gadis ini -_- Acrotomophilia mungkin? Birahi memuncak ketika melihat orang cacat.

Yah kesimpulan-> ini hanya buku cinta-cintaan pada umumnya, TAPI dikemas dgn superkeren.

***
Seperti biasa saya akan menulis kutipan asyique yang merasuk ke hidup(meh :/), kali ini agak banyak daripada biasanya:

"Tapi ia tak bisa lagi berdoa untuk itu. Setelah semua kepedihan ini, agaknya Tuhan memang tak menyelamatkan mereka. Tak mau, atau tak sanggup. Atau Dia memang tak ada." -Saman, hlm. 109-

"Tapi mencari suami memang seperti melihat-lihat toko perabot untuk setelan meja makan yang pas buat ruangan dan keuangan. Kita datang dengan sejumlah syarat geometri dan bujet. Sedangkan kekasih muncul seperti sebuah lukisan yang tiba-tiba membuat kita jatuh hati. Kita ingin mendapatkannya, dan mengubah seluruh desain kamar agar turut padanya. Laila selalu jatuh cinta pada lukisan, bukan meja makan." -Shakuntala, hlm. 130--131-

"Tapi kemudian aku tak peduli lagi. Sebab sebuah karya tak harus lahir dari perasaan yang sama atau yang bersetuju. Ia adalah muara dari sungai-sungai, yang sebagian mengandung polusi, juga bangkai." - Shakuntala, hlm. 145-

"Kukira, kita seharusnya sudah mesti belajar dari kelemahan aksi massa. Ribuan orang yang berkerumun akan dgn segera berubah menjadi kawanan dgn mentalitasnya yg khas: satu intel(atau bukan intel) bersuara lantang menyusup lalu berteriak dgn yakin, dan manusia-manusia itu akan menurut, seperti kawanan kambing patuh pada anjing, tak bisa lagi membedakan mana herder mana serigala." -Saman, hlm. 173-

"Apapun alasannya, betatapun telah panjang penyebabnya, kekerasan yang kita lakukan akan dibilang teror liar. Dan kita akan dianggap kriminal atau sebversif. Sementara kekerasan yang dilakukan polisi dan tentara disebut tindakan legal demi keamanan atau pembangunan. Itulah yg dinamakan hukum." -Saman, hlm. 173-

Terimakasih sudah membaca ulasan saya sampai habis ^_^v
Terimakasih Sari, sa su dipinjami ini buku epik.
Tunggu review Larung yaaa (bakalan pinjam ke Sari lagi)

Comments